Pupuk Langka di Batola

Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kalsel, Anang Rosadi membuktikan hal tersebut, karena sejumlah petani di tiga desa di Kabupaten Barito Kuala justru mengalami krisis pupuk bersubsidi dari pemeritah. Akibatnya, kata Rosadi, hasil panen tak sesuai dengan harapan.

Laporan itu datang dari Desa Sungai Telan, Tabunganen Tengah, dan Sungai Pisak, Kecamatan Tabungan ke DPRD Kalsel. Menurut Rosadi, para petani mempertanyakan hingga saat ini, mereka kesulitan mendapatkan pupuk dengan harga murah.

Di hadapan Rosadi dan Ketua Gerakan Kelompok Tani (Gakpoktam), Kecamatan Mekar Sari, Selamat, yang berkunjung ke Desa Tabunganen, terungkap bahwa selama ini para petani tak pernah dikunjungi oleh petugas PPL. “Mereka tak pernah turun ke lapangan. Boro-boro, bertemu dengan petani,” ucap seorang petani.

Hal serupa juga terjadi di Desa Sei Telan Besar, Kecamatan Tabunganen. Disini lain lagi, para petani memang sudah membentuk kelompok tani sejak 2007 lalu. Namun, mereka resah karena pupuk bersubsidi menjadi barang langka. “Kami disini kesulitan pupuk, walau petugas PPL sering kesini,” kata seorang petani ke rombongan Rosadi.

Atas temuan itu, Selamat menilai selama ini para penyuluh pertanian yang merupakan ujung tombak suksesnya pertanian tak bekerja optimal. Urusan pupuk bersubsidi ini, didesak Selamat harus segera dituntaskan pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten. “Syarat untuk mendapatkan pupuk, sudah kami lakukan dengan membentuk kelompok tani. Nyatanya, hal itu tak menjamin untuk mendapatkan pupuk bersubsidi,” keluh Selamat, diiyakan para petani.

Tak hanya soal pupuk, Selamat pun mengeritik tidak berfungsi lembaga penyuluhan petani, baik di tingkat kabupaten, termasuk berkoordinasi dengan provinsi. “Kalau PPL tak berfungsi, mana mungkin bisa dapat pupuk murah,” kata Selamat.

Sinar Kalimantan yang turun ke lapangan menemukan pupuk bersubsidi sangat langka ditemui. Di Desa Sei Pisak, tercatat di lima RT 8,9,10,11 dan 12, merasakan hal itu. Belum lagi, masalah PPL, dan Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok Tani (RDKKT), membingungkan para petani. Padahal, pupuk turut menentukan gagal atau tidaknya panen padi yang dilakukan para petani.
“Kalau tak pakai pupuk, misalkan 50% lahan digarap, bisa dipastikan 25% gagal panen,” kata Ketua RT 8 Desa Sei Pisak, Anang.

Dengan temuan itu, Anang Rosadi mendesak bupati dan gubernur untuk turun ke lapangan. Bagi Rosadi, berbagai penghargaan yang diterima para bupati dan gubernur tak akan berarti, jika permasalahan petani tak beres. “Saya yakin, ada oknum yang bermain, sehingga pupuk bersubsidi menjadi barang langka,” katanya. djo/SK

Tidak ada komentar:

Posting Komentar